Mulai Menyusun Puzzle Diri Sendiri

Syafiq Nooruzzaman
3 min readSep 24, 2021

--

(Bagian 1)

Desclaimer : Tulisan ini belum selesai, kalau mau dibaca dulu, silakan. Lanjutannya insyaAllahu segera tak publish.

Kadang kita sebagai anak muda, ngga bisa lepas dari kekuatan gadget sebagai monster yang dapat menggerus waktu dan produktifitas kita. Sebut aja dengan fenomena Monsget — monster gadget. Salah salah, bukan kita yang mengatur gadget agar bisa digunakan untuk memudahkan berbagai aktivitas dan kegiatan kita, meningkatkan produktifitas kita, alih-alih malah jadi bumerang dan molotov yang meledak pada diri kita.

Usia kita usia produktif, kekuatan kita lahir dari diri kita, dari produktifitas kita, kekuatan kita, semangat kita, dan keinginan kita untuk terus lebih baik. Semua itu tentunya ngga hadir “mak-byak”, ya! Tapi dengan perjuangan keras yang dibarengi sama harapan kepada Allah. Harapan apa? ya harapan biar kita bisa melewati “quarter-life-crisis” kita dengan ciamik dan menawan.

Nah, dari situ bisa kita coba telaah. What is the rules of me? bagaimana aturan hidupku ini sebenarnya? Apakah harus sama dengan aturan — habits — orang lain? Para influencer yang ber-ribu follower dan liker, subscriber? mereka yang upload foto di sana-sini dengan feed rapi?

no, Men!

Ente is ente! kekuatan yang ada dalam diri ente, ga bisa ditakar sama kekuatan mereka. Materi — harta — ente ga bisa ditakar pakai materi mereka. Aktivitas, pekerjaan, dan apalah itu, harusnya kita punya paradigma sendiri, yang akan membentuk the authentic you.

Lah, berarti kalau gue buka socmed?

Pandangan ane, socmed is highest entertain. Meskipun ngga jadi batasan memang, kalau kita jadikan socmed sebagai sarana share kebaikan. Tapi, sebenarnya its officially entertain yang harusnya kita punya sikap selective and filter terhadap entertain yang kita konsumsi.

Barulah, kita perlu meditasi — ga usah boro-boro ke gunung atau goa — mutaba’ah, instrospeksi, dan mulai menata diri. Sekali lagi, caranya begimane, konsepnya apa, atau tahapnya apa, its truly you. Ngga ada konsep baku, repotnya emang disitu.

Tapi ada hal-hal pokok yang perlu kita batasi, sebagai step awal untuk memahami diri dan menyelesaikan semua “perkara” yang perlu ditelaah pada sikap dan jiwa kita.

  1. Goals of Your Life

Setiap manusia ngga bakal jelas hidupnya kalau dia dia ngga punya goals, tujuan hidup. Sebenarnya jawabannya cukup mudah dan singkat, tapi pancen nglakonine sing angel, harus ada perjuangan. Orang lain boleh mengatakan bahwa hidup itu untuk cari bahagia, hidup untuk cari kekayaan, cari popularitas, cari kesuksesan. Tapi, dalam paradigma kita, ga oleh!

Lapo ga oleh, rek?

Ya, kita sebagai seorang muslim kudu jelas arah hidupnya, bahwa menghamba dan mengabdi kepada Allah. Tujuan hidup yang untuk beribadah kepada Allah. Thats the point!

Kalau mau dijlentrehke, cukup panjang. Cara paling mudah, coba baca buku Peraturan Hidup Dalam Islam karya Taqiyyudin An Nabhani, bab 1. Baca, telaah, kalau belum paham, berarti perlu ngopi dan diskusi sama yang paham isi kitab itu.

2. General Paradigm

Paradigma dasar kita buat menelaah siapa diri kita, bagian-bagian hidup kita bagaimana, dan berbagai hal yang kita — dan akan — lakukan tentu ngga boleh bias. Harus jelas, biar kita bisa punya batasan atas pemikiran dan perilaku. Kalau ngga jelas, bakal bisa repot nantinya. Akan jadi gado-gado.

Ya, paradigma kita sebagai seorang Muslim, ya Islam. sudah cukup.

Oke, sudah disruput minumnya? mau lanjut? InsyaAllahu segera coba tak siapin coretan lain setelah ini. Muga bisa Istiqamah.

Daerah Kaki-jauh Gn. Sumbing, 24 September 2021.

--

--

Syafiq Nooruzzaman
Syafiq Nooruzzaman

Written by Syafiq Nooruzzaman

• Fastabiqul Khairat • Islamic Thought & Design Enthusiast • Computer Science

No responses yet